Sejarah Perkembangan Ilmu Biokimia di Indonesia
Sejarah ilmu Biokimia di Indonesia tidak terlepas dari perkembangan pendidikan modern di negeri ini, yang dimulai dengan adanya perguruan tinggi. Lembaga pendidikan tinggi tertua di Indonesia, Sekolah Tinggi Kedokteran, yang dimulai dengan STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) didirikan di Jakarta (Batavia bagian Weltevreden) telah memiliki bagian yang mengajarkan ilmu biokimia.
Pada tahun 1920-an, didirikan departemen khusus bernama Afdeling van Physiologische Chemie (Bagian Kimia Fisiologi) yang kemudian berubah nama seiring perkembangan zaman dan lembaga yang menaunginya. Lembaga ini berubah menjadi GHS (Geneeskundige Hoge School atau Sekolah Tinggi Kedokteran), kemudian pada masa pendudukan Jepang menjadi Iga Daigaku, dan saat Jakarta diduduki NICA di zaman revolusi, Belanda mendirikan Universiteit van Indonesie dengan Faculteit Geneeskundige. Departemen tersebut kemudian berubah nama menjadi Afdeling Biochemie. Lembaga ini akhirnya dilebur dengan Balai Perguruan Tinggi Ilmu Kedokteran Indonesia menjadi Universitas Indonesia dengan FKUI.
Peran Prof. Dr. W. Radsma
Selama periode 1920 hingga 1950, dengan masa pendudukan Jepang sebagai jeda, Prof. Dr. W. Radsma adalah satu-satunya yang memimpin Bagian Biokimia. Seluruh kegiatan biokimia di Sekolah Tinggi Kedokteran saat itu didominasi oleh beliau.
Pertemuan Biokimia Jakarta-Bandung
Awal Mula Pertemuan
Di Bandung, Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam sebagai bagian dari Universitas Indonesia, memiliki jurusan Kimia dengan seksi Biokimia yang didirikan oleh pemerintah NICA sebagai Faculteit van Natuurwetenschappen. Kegiatan biokimia pada masa itu berfokus pada pendidikan kimia murni. Pada awal kemerdekaan, terutama setelah Pengakuan Kedaulatan oleh Belanda pada awal tahun 1950-an, terjadi komunikasi antara seksi Biokimia dari Jurusan Kimia FIPIA UI di Bandung (yang kelak menjadi bagian dari ITB) dengan Bagian Biokimia FKUI.
Terbentuknya PERHIBI
Pada tahun 1974, dirasakan perlunya suatu wadah untuk menampung kegiatan biokimia di Indonesia, seiring dengan berdirinya fakultas kedokteran di berbagai penjuru Indonesia. Selama tahun 1975, pertemuan intensif antara berbagai kepala bagian Biokimia dari berbagai Fakultas Kedokteran dan Seksi Biokimia dari Jurusan Kimia ITB serta dari Bagian Biokimia FKH IPB diadakan.
Pendirian PERHIBI
Pada bulan Januari 1976, di Aula FKUI, Jakarta, para biokimiawan Indonesia, dengan tuan rumah Prof. Dr. Asri Rasad, MSc., PhD, mendirikan Perhimpunan Biokimia Indonesia (PERHIBI). Tokoh-tokoh Biokimia Indonesia yang hadir dalam pendirian ini termasuk Prof. Dr. Oen Liang Hie MSc., Dr. Sangkot Marzuki MSc., PhD., Dra. Rondang Siagian Soegianto MSc., serta tokoh lain seperti Prof. Drh. Joko Mulyono PhD (IPB), Prof. DR. Sudigdo (ITB), dan lainnya.
Seminar Nasional dan Kongres
Awal Mula Seminar Nasional dan Kongres
Sejak pertemuan Jakarta pada bulan Januari 1976, kegiatan Seminar Nasional dan Kongres secara teratur diadakan. Berdasarkan Anggaran Dasar Perhibi, pengurus pusat menyelenggarakan seminar nasional dua kali dalam tiga tahun masa bakti tiap pengurus. Seminar pertama dilaksanakan di Surabaya pada tahun 1977, diikuti oleh Yogyakarta (1979), Bogor, Semarang, dan Bandung.
Pergeseran Kepemimpinan dan Seminar di Luar Jawa
Pada tahun 1982, terjadi pergantian pengurus, di mana Prof. Dr. Asri Rasad menyerahkan kepemimpinan kepada Prof. Drh. Norman Razief Azwar, PhD dari FKH IPB. Di bawah kepemimpinan beliau, PERHIBI berhasil melaksanakan Seminar Nasional di luar Jawa, seperti di Padang (1986), Palembang (1988), Medan (1991), dan Makassar (1992). Prof. Norman memimpin PERHIBI selama tiga periode.
Transformasi Menjadi PBBMI
Perubahan Nama PERHIBI
Pada Kongres di Jakarta tahun 1994, peserta kongres sepakat untuk mengganti nama PERHIBI menjadi PBBMI (Perhimpunan Biokimia dan Biologi Molekuler Indonesia) untuk mencerminkan perkembangan ilmu dan afiliasi dengan organisasi internasional seperti FAOBMB dan IUBMB yang menambahkan aspek Biologi Molekuler pada nama mereka.
PBBMI di Ajang Internasional
Di bawah kepemimpinan Prof. Dr. Mohamad Sadikin, D.Sc, yang terpilih sebagai ketua ketiga pada kongres tersebut, PBBMI aktif di ajang internasional, menjadi council member dari FAOBMB dan diterima sebagai anggota IUBMB pada tahun 1994. Pada tahun 1995, PBBMI juga menjadi tuan rumah simposium dan workshop internasional di Bandung.
Perkembangan dan Kepemimpinan Selanjutnya
Pada tahun 1997, Prof. Dr. dr. Alfred Djajakusumah dari Cabang Bandung terpilih sebagai ketua keempat PBBMI. Di bawah kepemimpinannya, PBBMI terus berpartisipasi dalam kegiatan internasional dan juga aktif dalam menyelenggarakan seminar nasional di berbagai daerah.
Usaha Penerbitan Jurnal
Lahirnya Acta Biochimica Indonesiana
Sebagai organisasi ilmiah, PBBMI tidak hanya mengadakan seminar-seminar nasional tetapi juga berupaya menerbitkan jurnal ilmiah sendiri. Pada tahun 1992, jurnal yang sebelumnya bernama Bulletin Biokimia dari IPB diubah namanya menjadi Acta Biochimica Indonesiana.
Tantangan dan Upaya Melanjutkan Publikasi
Penerbitan jurnal secara teratur diakui sebagai tugas yang berat, dan jurnal ini sempat terhenti pada tahun 2002. Namun, upaya untuk menghidupkannya kembali terus dilakukan hingga kini. Sehingga jurnal ini kembali terbit secara online mulai tahun 2018 hingga sekarang, dengan alamat jurnal.pbbmi.org. Jurnal Acta Biochimica Indonesiana sempat terakreditasi peringkat Sinta 3, kemudian saat ini turun ke peringkat Sinta 4. Selain itu jurnal Acta Biochimica Indonesiana juga telah terindex database DOAJ, kedepan kualitas dan tampilan jurnal terus ditingkatkan dengan harapan dapat terindek pada database bereputasi seperti Scopus atau Web of Science (WoS).
Kontributor:
Prof. Dr. Mohamad Sadikin, D.Sc
Dr. Dra. Rahmawati Ridwan, Apt., MS
dr. Fajri Marindra Siregar, M.Kom, M.Biomed